Landasan Sejarah
Seberapa
lama manusia telah mendiami bumi magelang? Mungkin sudah semenjak ribuan tajun
yang lalu. Namun fakta sejarah yang ada berdasarkan peninggalan berupa prasasti
tertulis dan bangunan fisik mencatat bahwa bumi magelang pernah dihuni sekitar
tahun 700-an Masehi. Adalah sebuah kerajaan yakni kerajaan Mataram yang memberikan
peninggalan berupa candi-candi dan prasasti-prasasti yang tersebar di beberapa
wilayah di Jawa Tengah dan Jogjakarta.
Ada
belasan prasasti-prasasti yang ditemukan di temukan di seputaran wilayah Jawa
Tengah dan Jogjakarta sekarang yang diyakini sebagai peninggalan kerajaan
Mataram Kuno. Namun perlu kita ambil tiga
saja diantaranya yang memang ditemukan di daerah Magelang sekarang dan oleh
para ahli sejarah dipakai sebagai dasar menentukan hari jadi kota magelang .
Prasasti sebagai bukti tertulis
1 Prasasti Tuk Mas
Prasasti Tuk Mas (harafiah berarti "mata air emas") adalah sebuah prasasti yang dipahatkan pada batu alam besar yang berdiri di dekat suatu mata air, yang ditemukan di lereng barat Gunung Merapi, tepatnya di Dusun Dakawu, Desa Lebak, Kecamatan Grabag, Magelang. Prasasti Tuk Mas dipahat dengan aksara Pallawa dan dalam bahasa Sanskerta. Bentuk aksaranya lebih muda daripada aksara masa Purnawarman, dan diperkirakan berasal dari sekitar abad ke-6 hingga abad ke-7 M.
Aksara prasasti ini sudah banyak yang rusak. Namun bagian yang masih dapat dibaca antara lain menyebutkan adanya sebuah sungai yang mengalir bagaikan Sungai Gangga di India. Pada prasasti ini terdapat pula lukisan alat-alat, seperti trisula, kendi, kapak, sangkha, cakra, dan bunga tunjung.
Prasasti Tuk Mas (harafiah berarti "mata air emas") adalah sebuah prasasti yang dipahatkan pada batu alam besar yang berdiri di dekat suatu mata air, yang ditemukan di lereng barat Gunung Merapi, tepatnya di Dusun Dakawu, Desa Lebak, Kecamatan Grabag, Magelang. Prasasti Tuk Mas dipahat dengan aksara Pallawa dan dalam bahasa Sanskerta. Bentuk aksaranya lebih muda daripada aksara masa Purnawarman, dan diperkirakan berasal dari sekitar abad ke-6 hingga abad ke-7 M.
Aksara prasasti ini sudah banyak yang rusak. Namun bagian yang masih dapat dibaca antara lain menyebutkan adanya sebuah sungai yang mengalir bagaikan Sungai Gangga di India. Pada prasasti ini terdapat pula lukisan alat-alat, seperti trisula, kendi, kapak, sangkha, cakra, dan bunga tunjung.
2 Prasasti Canggal
Prasasti canggal ditemukan di halaman Candi Gunung Wukir di desa Kadiluwih, kecamatan Salam, Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Prasasti ini berupa batu tulis aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta. berangka tahun 654 Saka atau 732 Masehi.
Prasasti canggal ditemukan di halaman Candi Gunung Wukir di desa Kadiluwih, kecamatan Salam, Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Prasasti ini berupa batu tulis aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta. berangka tahun 654 Saka atau 732 Masehi.
Terjemahan bebas isi prasasti adalah sebagai
berikut:
Bait 1 :
Pembangunan lingga oleh Raja Sanjaya di atas gunung
Bait 2-6 :
Pujaan terhadap Dewa Siwa, Dewa Brahma, dan Dewa Wisnu
Bait 7 :
Pulau Jawa yang sangat makmur, kaya akan tambang emas dan banyak
menghasilkan padi. Di pulau itu didirikan candi Siwa demi kebahagiaan penduduk
dengan bantuan dari penduduk Kunjarakunjadesa
Bait 8-9 :
Pulau Jawa yang dahulu diperintah oleh raja Sanna, yang sangat bijaksana,
adil dalam tindakannya, perwira dalam peperangan, bermurah hati kepada
rakyatnya. Ketika wafat Negara berkabung, sedih kehilangan pelindung
Bait 10-11 :
Pengganti raja Sanna yaitu putranya bernama Sanjaya yang diibaratkan dengan
matahari. Kekuasaan tidak langsung diserahkan kepadanya oleh raja Sanna tetapi
melalui kakak perempuannya (Sannaha)
Bait 12 :
Kesejahteraan, keamanan, dan ketentraman Negara. Rakyat dapat tidur di
tengah jalan, tidak usah takut akan pencuri dan penyamun atau akan terjadinya
kejahatan lainnya. Rakyat hidup serba senang.
Kesimpulan
utama yang dapat diambil dari prasasti canggal ialah pada tahun 700an M sudah
ada masyarakat yang mendiami wilayah Salam (Magelang). Komunitas masyarakat
sudah tertata dalam sebuah tatanan desa.
3. Prasasti Mantyasih
Prasasti Mantyasih ditemukan di kampung Mateseh, Kelurahan Magelang, Kota Magelang , Jawa Tengah berangka tahun 907 Masehi. Prasti ini memuat daftar silsilah raja-raja Mataram sebelum Raja Balitung. Dalam prasasti juga disebutkan bahwa desa Mantyasih yang ditetapkan Balitung sebagai desa perdikan (daerah bebas pajak). Di kampung Meteseh saat ini masih terdapat sebuah lumpang batu, yang diyakini sebagai tempat upacara penetapan sima atau desa perdikan. Selain itu disebutkan pula tentang keberadaan Gunung Susundara dan Wukir Sumbing (sekarang Gunung Sindoro dan Sumbing
Kesimpulan utama dari prasasti mantyasih adalah bahwa di desa magelang sekitar tahun 900-an M sudah ada masyarakat dalam tatanan pedesaan yang mendiaminya.
Prasasti Mantyasih ditemukan di kampung Mateseh, Kelurahan Magelang, Kota Magelang , Jawa Tengah berangka tahun 907 Masehi. Prasti ini memuat daftar silsilah raja-raja Mataram sebelum Raja Balitung. Dalam prasasti juga disebutkan bahwa desa Mantyasih yang ditetapkan Balitung sebagai desa perdikan (daerah bebas pajak). Di kampung Meteseh saat ini masih terdapat sebuah lumpang batu, yang diyakini sebagai tempat upacara penetapan sima atau desa perdikan. Selain itu disebutkan pula tentang keberadaan Gunung Susundara dan Wukir Sumbing (sekarang Gunung Sindoro dan Sumbing
Kesimpulan utama dari prasasti mantyasih adalah bahwa di desa magelang sekitar tahun 900-an M sudah ada masyarakat dalam tatanan pedesaan yang mendiaminya.
Bangunan Candi sebagai tempat ibadah
Candi
adalah istilah dalam Bahasa Indonesia yang merujuk kepada sebuah bangunan keagamaan tempat
ibadah peninggalan purbakala yang berasal dari peradaban Hindu-Buddha. Bangunan
ini digunakan sebagai tempat pemujaan dewa-dewi ataupun
memuliakan Buddha.
Akan tetapi, istilah 'candi' tidak hanya digunakan oleh masyarakat untuk
menyebut tempat ibadah saja, banyak situs-situs purbakala non-religius dari
masa Hindu-Buddha Indonesia klasik, baik sebagai istana (kraton), pemandian
(petirtaan), gapura,
dan sebagainya, juga disebut dengan istilah candi.Beberapa candi seperti Candi
Borobudur dan Prambanan dibangun amat megah, detil, kaya akan hiasan yang
mewah, bercitarasa estetika yang luhur, dengan menggunakan teknologi arsitektur
yang maju pada zamannya. Bangunan-bangunan ini hingga kini menjadi bukti betapa
tingginya kebudayaan
dan peradaban
nenek
moyang bangsa Indonesia. (Wikipedia)
Pada era kerajaan mataram kuno, dalam kurun abad ke-8 hingga ke-10 (+- 200 sampai 300 tahun) tercatat sebagai masa paling produktif dalam pembangunan candi. Pada rentang waktu tersebut candi-candi besar dan kecil memenuhi dataran Kedu di Jawa Tengah, Yogyakarta dan sekitarnya.. Lebih dari 67 candi yang dapat didata hingga kini (bisa saja lebih mengingat penemuan candi-candi terpendam masih ada). Dari jumlah tersebut terbanyak terdapat di kabupaten Sleman (19) dan kabupaten magelang (12).
Berikut daftar candi-candi yang dibangun pada era Mataram Kuno :
Pada era kerajaan mataram kuno, dalam kurun abad ke-8 hingga ke-10 (+- 200 sampai 300 tahun) tercatat sebagai masa paling produktif dalam pembangunan candi. Pada rentang waktu tersebut candi-candi besar dan kecil memenuhi dataran Kedu di Jawa Tengah, Yogyakarta dan sekitarnya.. Lebih dari 67 candi yang dapat didata hingga kini (bisa saja lebih mengingat penemuan candi-candi terpendam masih ada). Dari jumlah tersebut terbanyak terdapat di kabupaten Sleman (19) dan kabupaten magelang (12).
Berikut daftar candi-candi yang dibangun pada era Mataram Kuno :
Kabupaten Magelang (12)
- Candi Borobudur, Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur,
- Candi Mendut, Desa Mendut, Kecamatan Mungkid,
- Candi Pawon, Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur,
- Candi Ngawen, Desa Ngawen, Kecamatan Muntilan
- Candi Asu (Sengi), Dusun Candi Pos, Desa Sengi, Kecamatan Dukun,
- Candi Lumbung (Sengi), Dusun Tlatar, Desa Krogowanan, Kecamatan Sawangan
- Candi Pendem, Dusun Candi Pos, Desa Sengi, Kecamatan Dukun
- Candi Canggal atau Candi Gunung Wukir, Dusun Canggal, Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam,
- Candi Selogriyo, Dusun Campurrejo, Desa Kembangkuning, Kecamatan Windusari,
- Candi Losari, Dusun Losari, Desa Salam, Kecamatan Salam,
- Candi Gunungsari, Dusun Gunungsari, Desa Gulon, Kecamatan Salam,
- Candi Umbul, Desa Kartoharjo, Kecamatan Grabag
Kabupaten Klaten (9)
- Candi Bubrah, Prambanan
- Candi Prambanan, Prambanan, Klaten
- Candi Plaosan (Lor), Prambanan, Klaten
- Candi Plaosan Kidul, Prambanan, Klaten
- Candi Sewu, Prambanan, Klaten
- Candi Lumbung, Prambanan, Klaten,
- Candi Sojiwan, Prambanan, Klaten
- Candi Karangnongko, Karangnongko, Klaten,
- Candi Merak, Karangnongko, Klaten,
Kabupaten Karanganyar (3)
- Candi Sukuh, Sukuh, Ngargoyoso, Karanganyar
- Candi Cetho, Gumeng, Jenawi, Karanganyar
- Candi Kethek, Gumeng, Jenawi, Karanganyar
Kabupaten Semarang (4)
- Candi Dukuh, Rowoboni, Banyubiru, Semarang
- Kompleks Candi Gedong Songo, Candi, Bandungan, Semarang,
- Candi Klero, Klero, Tengaran, Semarang (Jl. Raya Solo-Semarang km 12)
- Candi Ngempon, Ngempon, Bergas, Semarang
Kabupaten banjarnegara (9)
- Kompleks Candi Dieng, Batur, Banjarnegara
Kabupaten Wonosobo (1)
- Candi Bogang, Bogang, Selomerto, Wonosobo
Kabupaten Temanggung (3)
- Candi Pringapus, Parakan, Temanggung,
- Candi Gondosuli, Bulu, Temanggung
- Candi Liyangan, Liyangan, Purbasari, Ngadirejo
Kabupaten tegal (2)
- Candi Bulus, Desa Bulus, Kecamatan Pedagangan
- Candi Kesuben, Desa Kesuben, Kecamatan Lebaksiu
Kabupaten Boyolali (2)
- Candi Sari Cepogo, Desa Gedangan, Kecamatan Cepogo
- Candi Lawang, Desa Gedangan, Kecamatan Cepogo
Kabupaten Sleman (19)
- Candi Prambanan, Desa Prambanan Kecamatan Prambanan
- Candi Kalasan atau Candi Tara, Desa Titromani Kecamatan Kalasan
- Candi Banyunibo, Desa Bokoharjo Kecamatan Prambanan
- Candi Ratu Boko atau Keraton Ratu Boko
- Candi Sambi Sari, Desa Porwomartini Kecamatan Kalasan
- Candi Sari, Desa Titromani Kecamatan Kalasan
- Candi Ijo, Desa Sambirejo Kecamatan Prambanan
- Candi Barong, Desa Sambirejo Kecamatan Prambanan
- Candi Kedulan,Desa Titromani Kecamatan Kalasan
- Candi Gebang , Kecamatan Ngemplak
- Candi Morangan, Kecamatan Ngemplak
- Candi Keblak, Desa Bokoharjo Kecamatan Prambanan
- Candi Abang, Desa Jogotirto Kecamatan Berbah
- Candi Miri, Desa Nguwot Kecamatan Prambanan
- Candi Dawangsari, Desa Sambirejo Kecamatan Prambanan
- Candi Kimpulan , Kaliurang , Besi
- Candi Klodangan , Desa Sendangtirto, Kecamatan Berbah
- Candi Palgading, Dusun Palgading, Desa Sinduharjo, Kecamatan Ngaglik
- Candi Watu Gudhig, Desa Bokoharjo Kecamatan Prambanan
Kabupaten Bantul (1)
Kabupaten Kulonprogo (1)
- Candi Pringtali , Desa Kebonharjo , Kecamatan Samigaluh
Kabupaten Gunung Kidul (1)
Candi Risan , Desa Candirejo ,
Kecamatan Semin
Hanya peradaban yang cukup makmur dan terpenuhi kebutuhan sandang dan pangannya sajalah yang mampu menciptakan karya cipta arsitektur bernilai seni tinggi seperti ini. Sangat mudah untuk menyimpulkan bahwa pada periode waktu tersebut kabupaten Magelang merupakan daerah yang padat di huni penduduk, mengingat banyaknya candi yang tersebar. Dibutuhkan banyak tenaga manusia untuk membangun dan merawat candi-candi tersebut.
MERTOYUDAN, 22 JULI 2016
NB : Sumber utama disarikan dari wikipedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar