Sebuah foto lama yang memperlihatkan parade
barisan orang- orang yang sedang berpawai membawa semacam umbul-umbul atau
baner di jalanan. Dilihat dari wajah dan fisiknya mereka didominasi orang
Belanda maupun indo keturunan, namun ada juga wajah2 berkulit gelap asia. Disisi
seberang jalan, bisa dilihat para penonton berteduh di bawah pohon sedang
menonton pawai/parade tersebut. Penontonnya ada orang pribumi perempuan yang
mengenakan kebaya-jarik-slendang, serta yang pria mengenakan sarung-peci atau
ikat kepala. Sedangkan orang Belanda berdiri di belakang orang pribumi yang
memiliki tinggi badan jauh lebih pendek. Anak-anak baik anak pribumi maupun
anak Belanda, seperti umumnya anak2, memilih berebut di barisan paling depan.
Tampaknya, pawai tersebut adalah untuk
memperingati hari yang special. Para penonton baik orang Berlanda maupun orang
Pribumi berdandan necis dan rapi bukan pakaian sehari-hari melainkan seperti
hendak pergi kondangan. Bendera merah-putih-biru terlambai-lambai dari
anak-anak Belanda. Lantas, hari apakah yang mereka rayakan. Jawabannya dapat
kita peroleh dari gambar wanita berbaju motif bunga-bunga yang berjalan paling
depan. Perhatikan baner yang dibawa wanita tersebut ; terdapat tulisan 6
september 1898-1938. Dari situ kita
dapat menarik kesimpulan bahwa foto ini diambil tanggal 6 september tahun 1938
dan pawai/peristiwa tersebut terjadi pada 6 september 1938. Tulisan pada baner
tersebut berbunyi ; Hulde aan HM Koningen Wilhelmina. Pada tanggal tersebut, di Negara Belanda dan
juga seluruh Negara koloni jajahannya termasuk Hindia Belanda sedang
diperingati 40 tahun Ratu Wilhelmina bertahta.
Bahkan para raja di seluruh Hindia Belanda diundang langsung untuk
mengikuti perayaan tersebut di negeri Belanda. Diselenggarakan oleh Oost en West terdapat 11
kendaraan hias, 60 ekor kuda, dam 850 orang berpawai didepan Ratu Wilhelmina di
Belanda. Perkumpulan Oost en West bertujuan utama untuk memajukan kepentingan
penduduk Hindia dan memiliki panitia kecil yang mengurus seni dan beranggotakan
sejumlah seniman terkemuka.
Perayaan meriah dilakukan dimana-mana di seluruh
Hindia Belanda termasuk di Magelang, salah satunya dengan mengadakan pawai atau
perarakan seperti yang kita lihat pada foto tersebut. Kemudian perhatikan dua
orang pria yang berbaris di barisan kedua. Tampak mereka membawa umbul-umbul
bertuliskan magelang. Dari situlah kita bisa menduga bahwa pawai tersebut dilaksanakan
di Magelang, namun belum bisa dipastikan di daerah mana gambar tersebut
diambil.
Sekilas Tentang Ratu Wilhelmina.
Ratu Wilhelmina
(Wilhelmina Helena Pauline Marie van Orange-Nassau; (lahir 31 Agustus
1880 – meninggal
28 November
1962 pada umur
82 tahun), Putri Orange-Nassau, adalah Ratu Belanda sejak 1890 - 1948 dan Ibu Suri (dengan sebutan
Putri) sejak 1948
- 1962.
Ia memimpin Belanda
selama lebih dari 50 tahun, lebih lama daripada penguasa monarki kerajaan
Belanda lainnya. Ia adalah anak satu-satunya dari Raja Willem III
dan istri keduanya, Ratu Emma dari Waldeck dan
Pyrmont.
Raja Willem III wafat pada tanggal 23 November 1890 dan meskipun Wilhelmina seketika menjadi Ratu Belanda, ibunya, Emma, ditunjuk sebagai wali sampai usia Wilhelmina mencapai 18 tahun. Pada tahun 1901, ia menikah dengan Hendrik, Pangeran dari Mecklenburg-Schwerin. Ratu Wilhelmina beberapa kali mengalami keguguran. Namun kelahiran anak satu-satunya, Juliana pada tanggal 30 April 1909, menjadi obat penawar setelah perkawinan 8 tahun tanpa anak. Pada tanggal 4 September 1948, Wilhelmina menyerahkan tampuk kekuasaan kepada anaknya, Putri Juliana. Ratu Wilhelmina wafat pada tanggal 28 November 1962 dan dimakamkan di Nieuwe Kerk di kota Delft, pada tanggal 8 Desember 1962.
Magelang, Pertengahan November 2017
Foto dan kartu pos adalah koleksi pribadi
Mantap
BalasHapus